top of page

Penjabaran Buku "Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1 (Hal. 1)"

  • Writer: P. A. Ikhsanudin
    P. A. Ikhsanudin
  • Jun 13, 2017
  • 3 min read

Kala itu di waktu terlampau kerajaan-kerajaan di nusantara dalam kerapuhan yang membuat termudahkannya Kolonialisme belanda merebut surga nusantara, di saat itu pula Putra Sang Fajar ini dengan sadarnya melihat bahwa tanah air ini yang sebagai Aria Bima-Putera yang lahirnya dalam zaman perjuangan, yakni yang di maksudkan adalah ketika kala itu kerjaan-kerajaan di nusantara yang secara sistem telah lemah di karenakan banyaknya perpecahan, yang di waktu selanjutnya telah banyak upaya campur tangan asing melewati perjanjian-perjanjian untuk merampas hasil sejarahnya, yang telah di mulai sejak datangnya Cornelis ke Banda, yang lama kelamaan membuat rakyat Asia ini dalam perasaan tak senang dengan nasibnya, politik maupun ekonomi, sehingga dengan segera menyadari adanya kolonial yang patut di jadikan lawan bersama, maka di situlah kerajaan-kerajaan di nusantara berafiliasi untuk menyatupadukan niat serta kekuatan. Yang telah di ikon kan dengan adanya Sumpah Pemuda, maka Sukarno ini mengartikan Indonesia Muda inilah sebagai batu loncatan awal akan kepekaan social terhadap ketertindasan yang di rasakan rakyat yang telah tidak senang dengan nasibnya tadi sebagai cahaya hari pertama-tama.

Meninjau dari pra-revolusi Perancis, yang zaman itu lagi tegak nan kokohnya system aristokrasinya Louis XVI yang memendungi langit, yang seolah-olah menjadi peneduh di samping sudah lama mengakarnya pengkasta-an manusia. Yang padahalnya hendak melesatkan petirnya itu dengan ‘rakyat biasa’ harus di perah terus menerus dengan di bebankan pajak tanpa di beri setetes gerimis pun. Dimana rumah semakin rata ke tanah sedangkan istana semakin menjulang . Dan rakyat di haruskan berbahagia dengan kondisi yang berlawanan dengan perasaan itu. Namun masa itu telah berlalu.

Yang pada puncaknya, di saat ketimpangan tersebut sudah dalam klimaksnya. Perbedaan harta yang kontras tersebut mengundang perbedaan pendapat pula, sehingga timbullah jaringan akan keserupaan nasib yang membentuk bangsa dalam bangsa. Yang lambat laun menuntut hak kemanusiaan dengan jalan perjuangan persamaan kelas dari kalangan rakyat biasa yang di hiasi dengan “Liberte, Egalite, Fraternite” revolusi itu pada 1789-1795. Maka kisah ini lah yang oleh Sukarno sebagai “Zaman baru: zaman muda” yang di anggapnya telah datang sebagai fajar yang terang cuaca. Yang juga mempunyai similaritas alur dengan Nusantara.

Di tolehnya pula pada zaman jauh sebelumnya. Di kala zaman kuno saat keadaan Katholik yang berkuasa waktu itu, adanya teori bahwa “siapa yang ada di bawah, harus terima senang, yang barang kemas-kemasnya berguna untuk dapat memelihara siapa yang berdiri dalam hidup”, teori itu sudahlah di abaikan oleh rakyat Asia. Ke Agungan gereja beserta para tokoh agamanya yang telah lama sebagai tiang sanggahan rakyat yang berperan sebagai wakil yang kelak memerdekakan ummatnya itu, berangsur waktu pun berangsur pudar kepercayaa dari ummatnya sendri dan hanya di anggap sebagai “saudara tua”, dengan kesadaran mereka bahwa mereka sudah dewasa untuk merdeka dengan kemauan sendiri tanpa menggantungkan lagi nasibnya pada gereja yang suci itu.

Timbulnya tipisnya kepercayaan tersebut berawal dari pengetahua dan keyakinan mereka bahwa dakwah yang di lakukan gereja bukanlah untuk menolong manusia, bukan untuk meluaskan ajaran, bukan untuk merdekanya setiap manusia, dan bukan untuk bertambah banyak ummat maka makin banyak yang merdeka seperti yang di maksud Gustav Kleinn. Melainkan dakwah tersebut hanya soal harta.

Di tuliskan pada saat itu di mana sistim pemerintahan gereja yang kursinya hanya boleh di isi oleh orang suci saja. Di mana ketika itu banyak orang ingin juga mejadi orang suci yang terhotmat, di situlah pimpinan gereja yaitu Paus yang katanya terkoneksikan dengan Tuhannya tersebut yang berhak menyucikan orang. Yang juga memancing sifat rakus seseorang terspesialkan dalam jabatan, dengan cara memberikan harta kepada paus demi mendapat kehormatan tersebut (suap). Kepemimpinan gereja idealnya untuk menjadi wali menuju kemerdekaan ummatnya dengan adanya sumber ilmu yang hanya di pegan d tangan orang suci, yaitu Injil yang tidak bisa di sentuh oleh yang bukan suci. Dalam masa ini yang semua orangnya ingin suci dari dosa, sedangkan pedoman hidup hanyalah di pegang oleh orang-orang suci, di situ pula momentum Paus dengan ingkarnya mengedarkan dan menjual ayat penebusan dosa kepada ummatnya. Di situlah kolonisasi sudah berubah arah yang tadinya sebagai dakwah yang suci untuk memerdekakan orang menjadi strategi marketing money magnet.

Maka itulah sebab berawalnya tipisnya kepercayaan sehingga timbulnya Revolusi Gereja dengan tokohnya Martin Luther yang lalu adanya Kristen Protestan yang ada sampai sekarang ini.

Seperti yang di katakan Profesor sejarah klasik pertama di dunia ini yaitu Dietrich Schafer “Yang pertama-tama menyebabkan kolonisasi ialah hampir selamanya kekurangan bekal hidup dalam tanah airnya sendiri” seperti adanya penjajahan orang barat ke asia yang tidak lain adalah habisnya bekal hidup di eropa karena dampak perang dunia I nya. Dan kebiasaan itulah yang membuat segala hal yang ada pada negeri jajahn sebagai hal yang sulit di percayai dan menimbulkan ketertatikan pada negeri penjajah. Orang pun tak akan memberikan apa yang di milikinya jika dengan memberikannya malah mendatangkan ajal, seperti Marhaen yang hidupnya hanya bersumber dari tanah dan barang perkakasnya saja masih miski, bagaimanalagi ia hidup jika sumber hidupnya tersebut di rampas pula oleh orang lain. Maka dari itu perjuangan akan terus ada seiring dengan adanya penindasan yang terus berkembang biak.

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwial4jwmLbbAhUBXSsKHS8uBLcQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fwww.bukalapak.com%2Fp%2Fhobi-koleksi%2Fbuku%2Fsejarah%2F9aeh4-jual-dibawah-bendera-revolusi-1963-jilid-1-cetakan-2&psig=AOvVaw08xCttBpT15zha-s_8nN8g&ust=1528070628792629

Comentarios


Join my mailing list

© 2023 by The Book Lover. Proudly created with Wix.com

  • White Instagram Icon
bottom of page